Sunday, April 21, 2013

[contoh] Makalah IMAN



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................      2
Daftar Isi .................................................................................................       3
Pengertian Iman ....................................................................................       4
Ruang Lingkup Iman ...........................................................................       5
Rukun Iman ..........................................................................................       5
1.      Iman Kepada Allah SWT ............................................................      5
2.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT .............................       6
-          Fungsi Malaikat .....................................................................      7
-          Sifat Malaikat ........................................................................      8
-          Hikmah Beriman Kepada Malaikat .......................................      8
3.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT ........................................      9
-          Perbedaan Al Qur’an dengan Kitab-Kitab Lainnya ..............      9
4.      Iman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT .......................................       10
-          Dalil Tentang Kebenaran Adanya Rasul-Rasul Allah SWT ..      11
-          Nama-nama Rasul Allah SWT .............................................        11
-          Sifat-sifat Rasul Allah SWT .................................................       12
-          Sifat Mustahil dan Jaiz bagi Rasul ........................................       13
5.      Iman Kepada Hari Kiamat ...........................................................      16
-          Hari Kiamat Menurut Tinjauan Ilmu Pengetahuan ...............       16
-          Fungsi Iman Kepada Hari Akhir ...........................................      17
-          Tanda-tanda Hari Kiamat ......................................................      18
6.      Iman Kepada Qadha dan Qadhar ................................................      20
-          Ikhtiar dan Tawakal ..............................................................       21
-          Tanda-tanda Penghayatan Iman Kepada Qadha dan Qadhar      21
-          Hikmah Beriman Kepada Qadha dan Qadhar .......................      22
Kesimpulan .............................................................................................       25
Daftar Pustaka .........................................................................................      30



I.              Pengertian
Secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja ‘aamana’ (أمن) – yukminu’ (يؤمن) yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’.
Menurut hadits, iman merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang memiliki prinsip. Atau juga pandangan dan sikap hidup.
Menurut para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman:
a.              Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”
b.             Aisyah r.a.: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
c.              Imam Al-Ghazali: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Berdasarkan hadits Ibnu Majjah Tabhrani:
اَلْاِيْمَانُ عَقْدٌ بِالْقَلْبِ وَ اِقْرَارٌ بِالِّسَانِ وَ عَمَلٌ بِالْاَرْكَانِ.
Artinya: ”Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan laku perbuatan.”

II.           Ruang Lingkup Iman
Adapun batasan ruang lingkup iman adalah isi yang di cakup oleh kata kata iman tersebut.
اَلْاِيْمَانُ  = عَقْدٌ بِالْقَلْبِ  + وَ اِقْرَارٌ بِالِّسَانِ  + وَ عَمَلٌ بِالْاَرْكَانِ
Artinya: Tambatan hati + Ucapan lisan (Pandangan hidup) + Laku perbuatan(Sikap hidup)
Jadi bicara soal Iman = bicara soal hidup yang mencakup:
·           Pandangan hidup
·           Sikap hidup

III.        RUKUN IMAN
1.        Iman kepada Allah SWT
Sudah kita ketahui, Allah SWT adalah Esa/Tunggal. Seperti dalam Q.S Al-Ikhlas:  1-4
Artinya:“Katakanlah: Dia-Lah Allah Yang Maha Esa. Hanya Allah-lah tempat bergantung. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Tidak ada satupun yang menyamai-Nya.”
Dalam surat tersebut telah jelas dijelaskan bahwa Allah-lah tempat bergantung, bergantung diatas ialah ketika umat muslim menyembah dan meminta hanya kepada Allah. Seperti Q.S Al-Fatihah: 5
Artinya:“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan.”
Al-Qur’an yang menyebut Allah sampai 2799 kali mulai dengan menerangkan  tentang keesaan Tuhan dan mengakhiri dengan keesaan Tuhan pula. Ayat yang mengenai keesaan Tuhan antara lain terdapat di surat (7) Al A’raaf ayat 59:
“.....Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainnya.....”
Ajaran tentang keesaan Tuhan telah diberikan oleh para Nabi sebelum Nabi muhammad s.a.w. Dapat dibuktikan dengan ayat 25 surat (21) Al Anbiyaa :
“Dan tidak kami utus Rasul sebelum kamu,melainkan kami wahyukan kepadanya,bahwa tiada tuhan selain aku ; karena itu sembahlah aku”.
Allah maha pengasih lagi Maha penyayang. Ia menyuruh manusia agar berbuat kebajikan,agar kehidupannya bahagia di dunia dan akhirat. Untuk dapat berbuat kebajikan manusia perlu tuntunn bimbingan dari allah swt. Allah maha adil lagi bijaksana,Allah menjanjikan kepada manusia yang ikhlas menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya akan mendapat imbalan berupa Surga. Begitu pula sebaliknya barang siapa berbuat dosa balasannya adalah neraka.
Di antara sifat-sifat Allah yang banya disebut dalam Al-Qur’an adalah “Rabb”: Maha Memiliki, Mendidik, dan Memelihara. “Rahmaan” dan “Rahiim”: Maha Pemurah dan Maha Penyayang,. “Ghafuur”: Maha Pengampun. “Malik”: Maha Menguasai, Maha Memiliki.
2.         Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
Yang Wajib diketahui oleh umat Islam ada 10.
·           Jibril. Tugasnya menyampaikan wahyu
·           Mikail. Tugasnya memberikan rizki
·           Israfil. Tugasnya meniup sangkakala
·           Izrail. Tugasnya mencabut nyawa
·           Munkar. Tugasnya menanyakan dalam kubur
·           Nakir. Tugasnya menanyakan dalam kubur
·           Raqib. Tugasnya mencatat amal kebaikan
·           Atid. Tugasnya mencatat amal keburukan
·           Malik. Tuganya penjaga pintu neraka
·           Ridwan. Tugasnya penjaga pintu surga
Beriman kepada Malaikat, didasarkan pada:
Ø  Q.S Al-Baqarah: 177
Artinya “Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kiamat, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi....................”.
Ø  Q.S Al-Baqarah: 285
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya......................”.
Malaikat adalah makhluk halus yang tidak nampak dan mempunyai fungsi-fungsi yang tertentu. Sebagai konsekuensi beriman kepada Allah, maka umat Islam harus beriman kepada Malaikat. Malaikat, menurut Hadits yang diwayatkan oleh Aisyah R.A, diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan jin diciptakan dari nar (api).
Adapun Fungsi Malaikat adalah:
v  Sebagai utusan untuk menyampaikan  wahyu Allah kepada Rasul-RasulNya.
Q.S As-Syu’ara: 192-194
v  Sebagai perantara untuk memperkuat Para Nabi dan kaum Muslimin.
Q.S Al-Baqarah: 87
v  Untuk mendatangkan azab pada umat yang dzalim serta mengingkari zat-zat Allah.
Q.S Al-Baqarah: 210
v  Menolong dengan memintakan ampun bagi mereka yang ada dibumi.
Q.S As-Syu’ara: 5, Q.S Al-Mu’min: 7
v  Membantu meningkatkan kehidupan rohaniah manusia didunia maupun diakhirat, dengan selalu memberi ilham pada manusia untuk berbuat yang baik.
Q.S Qaaf: 21
v  Untuk mencatat semua perbuatan-perbuatan manusia.
Q.S Al-Infitaar: 10-12
Sifat Malaikat :
Ø  Diciptakan dari nur (cahaya)
Ø  Taat dan berbakti kepada Allah
Ø  Dapat menjelma atau berubah bentuknya seperti manusia atau seperti makhluk lainnya.
Ø  Bersujud kepada allah.
Ø  Senantiasa mengucapkan tasbih atau mensucikan allah.
Ø  Tidak pernah merasa letih untuk menyembah allah.
Ø  Tidak sombong.
Ø  Memberi salam kepada ahli syurga.
Ø  Memohon ampunan untuk orang2 yang beriman.
Ø  Malaikat itu tidak berjenis laki-laki atau perempuan.
Ø  Tidak memiliki hawa nafsu,tidak membutuhkan makan dan minum,dan sarana-sarana fisik lainnya.
Ø  Tidak mati sebelum datangnya hari kiamat.
Hikmah Beriman Kepada malaikat :
v  Iman kepada malaikat adalah salah satu rukun iman. Oleh sebab itu,kita harus mempercayai adanya malaikat dengan penuh keyakinan. Beriman kepada malaikat dapat mendatangkah hikmah,antara Lain:
v  Dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada allah swt.
v  Diantara sekian banyak sifat malaikat adalah disiplin dan ikhlas melaksanakan perintah allah. Sifat yang luhur ini sebaiknya kita jadikan contoh dalam rangka ibadah kita kepada Allah swt.
v  Malaikat ada yang bertugas mengawasi dan mencatat semua perbuatan manusia. Hal ini merupakan Motivasi (pendorong) bagi kita untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat.

3.        Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Iman kepada kitab Allah berarti tidak hanya percaya kepada Al-Quran, tetapi percaya kepada kitab yang diturunkan dalam semua masa, serta yang diturunkan kepada tiap-tiap umat.
Menurut ajaran Al-Quran tiap-tiap umat, dimanapun ia berada dibumi, kepada umat itu diturunkan wahyu. Kitab suci yang diturunkan Allah kepada rasul yang wajib kita imani adalah:
v  Kitab Taurat,Diturunkan kepada Nabi Musa AS pada kira-kira abad 12 SM di daerah Israil dan Mesir.
v  Kitab Zabur,Diturunkan kepada Nabi Daud AS pada kira-kira abad 10 SM di daerah Israil.
v  Kitab injil, diturunkan kepada Nabi Isa AS pada permulaan abad pertama masehi.
v  Kitab Al-Qur’an,diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,abad ke-6 masehi di Mekkah,Madinah dan sekitarnya (sekarang negara Arab Saudi).
Perbedaan Al-Quran dan kitab-kitab lainnya:
Kitab Taurat,Zabur dan Injil berisi tentang Aqidah (tauhid) dan hukum-hukum syari’at. Sedangkan kitab Al-Qur’an berisi tentang aqidah,hukum-hukum syari’at dan muamalat. Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling lengkap,yang berisi pokok-pokok keyakinan (aqidah),aturan tata cara peribadatan (syariah),tata cara dan hukum kemasyarakatan (muamalah).
Sebagaimana Q.S Al-Faathir: 24
Artinya: ”.......... dan tidak ada suatu umat melainkan telah ada dahulu diantara mereka orang yang memberikan peringatan.”
Al-Quran membenarkan apa yang termasuk dalam kitab-kitab suci lain, tetapi juga menguji kemurnian dari kitab-kitab suci itu. Karena itu Al-Quran memuat kisah-kisah Nabi untuk mengambil pelajaran juga menunjukkan kejadian yang sebenarnya.
4.        Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Iman kepada Rasul artinya mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah mengutus Rasul-RasulNya untuk menuntun dan membimbing umat manusia kejalan hidup yang benar dan diridhai Allah SWT.  Rasul adalah manusia biasa pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk dirinya dan umatnya.
Sebagai manusia, Rasul pun memiliki sifat-sifat yang dimiliki manusia lainnya. Misalnya makan, minum, bekerja, berkeluarga, dan bermasyarakat. Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl: 43
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya”
·           Dalil Tentang Kebenaran Adanya Rasul-Rasul Allah SWT
1.        Dalil Aqli
Allah SWT menjanjikan pahala bagi hamba-Nya yang taat dan mengancam siksa bagi hamba-Nya yang maksiat. Maka diutuslah rasul untuk membimbing umat dan memberitahu mana yang baik dan yang buruk, sehingga tahu mana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus ditinggalkan.
Supaya Allah SWT dapat berkomunikasi dengan umat-Nya secara baik dan menyampaikan ajaran secara maksimal, maka Allah SWT mengutus Rasul-Nya dari kalangan manusia sendiri.

2.        Dalil Naqli
a.    Q.S Yunus: 47
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai Rasul. Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Rasul berkewajiban menegakkan hukum agama (dalam menyelesaikan perkara manusia) secara adil, tidak ada yang dirugikan.
b.    Q.S An-Nahl: 36
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaughut itu”. Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya”.
Ayat tersebut menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus kepada suatu umat bertugas mengajak manusia menyembah kepada Allah SWT dan menjauhi thaughut (sembahan selain Allah).

·           Nama-nama Rasul Allah SWT
Jumlah nabi dan rasul sangat banyak, tidak ada seorangpun yang mengetahui jumlahnya dengan pasti. Hal itu karena sebagian dicantumkan kisahnya dalam Al-Quran dan sebagian lagi tidak. Sabda Nabi SAW:
Artinya: “(Jumlah nabi dan rasul) adalah seratus dua puluh ribu orang dan para rasul sebagian dari mereka berjumlah tiga ratus tiga belas orang.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Tetapi jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh umat Islam dan diterangkan dalam Al-Quran ada 25orang, yaitu:


1.        Nabi Adam as     
2.        Nabi Idris as
3.        Nabi Nuh as
4.        Nabi Hud as
5.        Nabi Shaleh as
6.        Nabi Ibrahim as
7.        Nabi Luth as
8.        Nabi Ismail as
9.        Nabi Ishaq as
10.     Nabi Yaqub as
11.     Nabi Yusuf as
12.     Nabi Ayyub as
13.     Nabi Syu’aib as
14.    Nabi Musa as
15.    Nabi Harun as
16.    Nabi Dzulkifli as
17.    Nabi Daud as
18.    Nabi Sulaiman as
19.    Nabi Ilyas as
20.    Nabi Ilyasa as
21.    Nabi Yunus as
22.    Nabi Zakaria as
23.    Nabi Yahya as
24.    Nabi Isa as
25.    Nabi Muhammad SAW



·           Sifat-sifat Rasul Allah
Ø  Sifat Wajib bagi Rasul
Yaitu sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Sifat wajib bagi rasul ada empat sbb:
·           Shidiq (benar)
Rasul selalu benar apabila berbicara dan benar pula dalam perbuatannya. Kebenaran ucapan dan perbuatan para rasul diungkapkan dalam firman Allah SWT, Q.S Yasin: 52

Artinya: “Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tidur-tidur kami (kubur)?”. Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasulNya”


·           Amanah (dapat dipercaya)
Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang menaruh kepercayaan kepadanya.

Bahkan Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul, orang-orang quraisy mempercayai kepribadian beliau yang mulia sehingga memberinya gelar Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya.
Firman Allah SWT Q.S Al-A’raf: 68
Artinya: “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanmu kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu”
·           Tabligh (melaksanakan tugas)
Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan rasul menyampaikan semua perintah Allah SWT dan tidak ada satu ayat pun yang disembunyikan.
·           Fathanah (cerdas)
Sesungguhnya para rasul bukan golongan terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Berikut ini contoh para rasul-rasul yang memiliki kecerdasan:
§   Nabi Sulaiman as
Nabi Sulaiman mampu menduduki jabatan raja yang agung sehingga memiliki bala tentara dari manusia, jin dan hewan atas izin Allah SWT.


§   Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW memiliki wawasan yang luas. Beliau mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi dan Nasrani di Madinah ketika baru hijrah dari Mekkah. Dengan perjanjian itu kaum muslimin memperoleh dukungan dari mereka dalam menghadapi ancaman dari kaum kafir Quraisy di Mekkah. Hanya karena rasa iri dan dengki, kaum Yahudi dan Nasrani merusak perjanjian itu. Karena pengkhianatan mereka akhirnya kaum muslimin menyerang sampai habis ke akar-akarnya.
Ø  Sifat Mustahil bagi Rasul
Yaitu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Rasul. Sifat mustahil bagi rasul ada 4, yaitu:
a.    Kizib (dusta)
b.    Khianat (tidak dapat dipercaya)
c.    Khitman (tidak menyampaikan wahyu)
d.   Baladah (bodoh)
Ø  Sifat Jaiz bagi Rasul
Yaitu sifat yang boleh ada atau tidak pada diri Rasul. Misalnya rasulpun boleh memiliki harta, istri, anak, sebagaimana manusia biasa. Manusia merasa lapar dan haus serta suka dan duka maka rasul pun demikian.
a.    Nabi-nabi Ulul ‘Azmi
Demikian halnya,dari 25 orang rasul,5 orang di antaranya yang disebut rasul Ulul ‘Azmi, yaitu rasul pilihan yang memiliki keteguhan hati dan ketabahan luar biasa. Gigih dalam perjuangan,dan sangat sabar menerima berbagai cobaan. Rasul-rasul Ulul ‘azmi itu ialah :
·      Nabi Nuh AS
·      Nabi Ibrahim AS
·      Nabi Musa AS
·      Nabi Isa AS
·      Nabi Muhammad SAW
Para nabi/rasul di atas sangat pantas mendapatkan gelar Ulul ‘Azmi karena memiliki keistimewaan dari pada nabi-nabi yang lain.
·      Nabi Nuh, beliau terkenal dengan ketabahan dan kesabarannya. Selama ratusan tahun berdakwah menyampaikan ajaran Allah,tetapi hanya sedikit sekali orang yang mau mengikuti seruannya. Sebagian besar menolak bahkan menghinanya. Sampai anaknya pun membangkang dan akhirnya tenggelam dalam gelombang banjir yang dahsyat. Beliau menyaksikan kejadian itu dengan tabah.
·      Nabi Ibrahim, yang hidup ditengah-tengah kemusyrikan. Ia menyeru umatnya ke jalan yang benar tapi hampir semua menolaknya, termasuk ayahnya sendiri. Bahkan ia harus mejalani hukuman bakar hidup-hidup. Allah Maha Kuasa, Nabi Ibrahim diselamatkan. Rupanya ujian Allah belum selesai. Nabi Ibrahim diperintahkan Allah menyembelih putra kesayangannya, Ismail as. Perintah Allah tersebut ia laksanakan dengan ikhlas. Dan Allah menunjukkan kebesaran-Nya. Ismail as digantikan dengan seekor Domba. Kemudian domba itulah yang di korbankan.
·      Nabi Musa, yang hidup di zaman raja Fir’aun yang mengaku dirinya Tuhan harus menghadapi tantangan yang sangat berat. Setiap kali tantangan datang menghadang. Selalu ia hadapi dengan tabah. Ia dikejar-kejar untuk dibunuh tapi selalu di selamatkan Allah.
·      Nabi Isa, yang sejak menjelang kelahirannya sudah dipermasalahkan dan menjadi bahan fitmah dari orang-orang kafir. Sampai akhir hayatnya slalu di fitnah dan di kejar-kejar. Semua itu ia hadapi dengan sabar dan tabah.
·      Nabi Muhammad SAW, yang telah kita ketahui betapa kejamnya kaum kafir memperlakukan Nabi Muhammad SAW, di hina, dikucilkan,di teror, bahkan hendak di bunuh. Tetapi perlakuan yang keji itu ia balas dengan sabar dan lemah lembut. Akhirnya ajaran beliau berkembang dengan pesat ke seluruh dunia.
5.        Iman kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai dan meyakini adanya hari dimana seluruh amal dan perbuatan manusia dipertanggungjawabkan.
Hari Kiamat Menurut Tinjauan  Ilmu Pengetahuan
Pemikiran tentang terjadinya kiamat menurut sains (ilmu pengetahuan) dibahas dalam beberapa teori seperti berikut:
a.         Sir James Jeinz
Astronom ini berpendapat dalam buku Bintang-bintang dalam Perjalanannya bahwa bulan itu akan mendekati bumi sedikit demi sedikit, hingga kedekatan itu mengancam keselamatan bumi. Pada saat itu hari pembalasan akan segera tampak dan bulan akan terbelah.
b.        Prof. Achmad Baiquni Msc. Ph. D
Dalam buku Al-Qur’an; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi beliau mengemukakan bahwa ada beberapa skenario tentang terjadinya kiamat menurut sains, yaitu:

1)        Pertama
a.    Menggambarkan habisnya bahan bakar termonuklir, yaitu  hidrogen di dalam matahari.
b.    Menjadikan reaksi nuklir makin berkurang, matahari akan menjadi dingin, dan bumi akan membeku.
c.    Bila begitu tidak ada tanaman yang mampu tumbuh dan kehidupan di bumi akan berakhir. Waktu yang diperlukan matahari untuk menghabiskan bahan bakarnya sekitar lima milyar tahun.
2)        Kedua
a.    Menggambarkan habisnya hidrogen di bumi.
b.    Semua makhluk hidup akan mati membeku seperti skenario pertama.
3)        Ketiga
a.    Menggambarkan mengembangnya matahari
b.    Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi kita yang letaknya paling dekat dengan bumi, yang pada dasarnya merupakan satelit matahari..
c.    Evolusi matahari akan mengikuti kehidupan bintang-bintang lainnya, yaitu bila ia telah padam ia akan menyusut terus menjadi kecil sampai pada suatu saat ketika energi gravitasi berubah menjadi panas dan mengubahnya menjadi bintang raksasa merah.
d.   Pada kondisi itu sistem tata surya sebagian (termasuk bumi kita) akan tertelan oleh apinya.
e.    Semua makhluk hidup akan mati tebakar.

a.        Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
Fungsi iman kepada hari Akhir, yaitu:
a.         Memperkuat keyakinan bahwa Allah Mahakuasa dan Mahaadil.
b.        Kuasa menghancurkan alam semesta dengan segala isinya (terjadinya kiamat kubra).
c.         Kuasa mengadili makhluk dengan seadil-adilnya, berdasarkan perbuatan manusia di dunia, pada Yaumul Hisab.
d.        Mendorong untuk berdisiplin menjalankan ibadah, seperti shalat lima waktu.
e.         Memberi dorongan untuk membiasaka diri dengan sikap dan perilaku terpuji (akhlakul arimah) dan menjauhkan dari sikap tercela (akhlakul mazmumah).
f.         Memberi dorongan untuk bersikap optimis dalam hidup.

Nasihat Rasulallah saw. Tentang iman kepada hari akhir, yaitu bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya:
a.         Tidak ikut duduk-duduk di tempat jamuan makan yang di situ dibagi-bagikan minuman keras.
b.        Menghormati tamunya.
c.         Berlaku baik kepada tetangga.
d.        Berkata baik.
Dalam menanggapi adanya hari akhir manusia dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
a.         Golongan Pertama adalah manusia yang mengingkari atau tidak mempercayai akan adanya hari akhir.
b.        Golongan Kedua adalah kelompok yang mempercayai bahwa setelah manusia mati akan mengalami kehidupan baru atau reikarnasi.
c.         Golongan Ketiga adalah kelompok manusia yang meyakini akan adanya hari akhir.
Fungsi iman kepada hari akhir adalah :
a.         Menyadarkan manusia bahwa alam seisinya akan hancur lebur,maka setiap muslim harus banyak melakukan amal kebaikan dan menjauhi segala amal yang tidak baik.
b.        Mengingatkan bahwa kita hidup di dunia ini hanya sebagai jembatan menuju ke alam akhirat,maka kita harus mau membelanjakan dan menginfaqkan sebagian harta untuk menghindarkan diri dari sifat rakus,tamak dan kikir.
c.         Berani dan tidak takut mati karena membela agama,serta menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam.
d.        Tidak iri terhadap kenikmatan yang diperoleh orang lain.
e.         Dapat menentramkan jiwa orang yang mendapat perlakuan kurang adil.

b.        Tanda-tanda Hari Kiamat
Diantara tanda-tanda tibanya hari kiamat ialah apabila para pemegang pemerintahan adalah orang-orang dari golongan rendah, baik ditinjau dari segi akhlaknya, tingkat keimanannya (agamanya), maupun pendidikannya, sehingga mereka berbuat zalim, menganiaya, dan memperlakukan orang lain seperti memperlakukan budak. Juga apabila pengembala kambing sudah berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi dan hidup di dalamnya dengan cara yang sangat mewah.
Ada 2 macam kiamat yang kita kenal dan kita alami,yaitu :
a.         Kiamat sugra (Kiamat Kecil)
Merupakan kehancuran,kematian atau berakhirnya kehidupan setiap makhluk yang bernyawa. Firman allah:
“semua yang ada di bumi itu akan binasa,tetapi jawab tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal”  (QS. Ar-Rahma (55):26-27)
b.        Kiamat Qubro (Kiamat Besar)
Merupakan  peristiwa besar atau hancur binasanya alam semesta beserta isinya (makhluk) sebagai awal di mulainya kehidupan akhirat. Kiamat pasti terjadi tetapi tak seorangpun yang tahu kapan kiamat akan terjadi. Termasuk para nabi dan rasulnya.

Allah berfirman dalam surat al-A’raf 07:187 :
”Mereka menanyakan kepadamu (muhammad) tentang kiamat,”kapan terjadi?” katakanlah “sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada tuhanku; tidak ada (seorangpun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain dia. (kiamat) itu sangat berat (huru-hara nya bagi makhluk)yang di langit dan di bumi,tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba” mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (muhammad) “sesungguhnya pengetahuan tentang (hari kiamat) ada pada allah,tetapi kebanyakan  manusia tidak mengetahui.”
Ada beberapa hal yang memiliki kaitan dengan peristiwa haris akhir kiamat,yaitu:
a.         Yaumul Ba’ats, yaitu hari kebangkitan semua makhluk yang setelah mengalami kematian.
b.        Yaumul Mahsyar, yaitu dimana semua makhluk akan berkumpul pada suatu tempat yang luas (terutama manusia).
c.         Yaumul Hisab, yaitu hari perhitungan atas segala amal manusia selama hidup di dunia.
d.        Mizan, yaitu timbangan amal.
e.         Surga dan neraka
Surga adalah tempat yang menyenangkan yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwan dan beramal sholeh.
Neraka adalah tempat pembalasan paling berat bagi orang-orang yang ingkar,durhaka dan suka melanggar aturan-aturan allah swt.
Hikmah penghayatan iman kepada hari akhir:
a.       Hancurnya alam semesta dihari kiamat membuktikan bahwa Allah maha kuasa dalam melakukan sesuatu yang di kehendaki.
b.        Akibat peristiwa luar biasa tersebut,manusia harus mempersiakan diri dengan bekal amal sholeh.
c.         Manusia akan mendapatkan keadilan dari allah seadil-adilnya.
d.        Manusia mulai mau memperbaiki segala ucapan,dan prilakunya
e.         Semua amal perbuatan manusia dihitung secara teliti dan tidak akan terlewati meski hanya seberat biji zarah.
6.        Iman kepada Qada dan Qadar
Menurut bahasa Qadha memiiki beberapa pengertian yaitu: Hukum,ketetapan,pemerintah,kehendak,pemberitahuan,penciptaaan. Menurut Islam yang dimaksud dengan Qadha adalah ketetapan allah sejak jaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk.

Sedangkan menurut bahasa Qadhar adalah: Kepastian,peraturan,ukuran. Menurut Islam Qadar perwujudan atau atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk sesuai dengan iradah-Nya.

Iman kepada Qada dan Qadar berarti mempercayai dan meyakini akan ketentuan-ketentuan atau takdir yang telah Allah berikan kepada masing-masing umat Islam.
Dalam Firman Allah QS.Al-Ahzab 33:38:
”Tidak ada keberatan apapun pada nabi tentang apa yang telah di tetapkan Allah baginya (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah allah pada nabi-nabi yang telah terdahulu. Dan ketetapan allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”

Jelaslah hubungan antara Qadha dan Qadar dimana mengacu pada hukum,undang-undang,peraturan dan ketetapan Allah yang berlaku atas semua makhluk-Nya. Sedangkan Qadar mengacu pada pelaksanaan dari rencana allah atas hukum,undang-undang dan ketetapannya.

1.    IKHTAR

Keberadaan qada dan qadar Allah tentu saja tidak dimaksudkan untuk membuat manusia menjad makhluk pasif yang selau menerima dan tergantung pada sesuatu tanpa mau melakukan usaha apapun. Manusia tetap diwajibkan untuk berikhtiar.

Ikhtiar berarti memilih. Menurut istilah, ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil serta bergantung sepenuhnya kepada kehendak Allah.

Menurut Ibnu Sina, ikhtiar berarti kekuatan untuk memilih (power of choice). Kekuatan memilih tersebut berdasarkan atas daya dan pengetahuan yang diberikan Allah SWT. Melalui  usaha dan pemikiran. Dengan demikian, manusia dapat memilih sesuatu untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan.

Dalam berikhtiar manusia harus bersungguh-sungguh dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta yang tak kalah penting adalah ikhlas. Akan tetapi apabila usahanya gagal, kita tidak boleh putus asa.

2.    TAWAKAL

Tawakal adalah penyerahan sesuatu kepada Allah atau menggantungkan urusan diri kepada Allah setelah berikhtiar.

Tawakal yang dikehendaki oleh islam bukan berarti penyerahan diri secara mutlak kepada Allah tanpa dibarengi dengan usaha keras dalam berikhtiar dan bekerja, akan tetapi penyerahan diri kepada Allah yang dibarengi dengan ikhtiar, sesuai dengan kemampuan yang maksimal. Sebagai contoh, konon ada seorang sahabat menemui Nabi saw. di masjid. Ia meninggalkan untanya tanpa mengikat unta tersebut terlebih dahulu. Ketika Nabi saw. menanyakan hal itu, sahabat menjawab

 “Aku telah bertawakal kepada Allah”.

Mendengar jawaban keliru tentang tawakal tersebut, Nabi saw. kemudian meluruskan arti tawakal dengan sabdanya:

 “Ikatlah terlebih dahulu (untamu). Setelah itu maka bertawakallah”.

A.  Tanda Penghayatan Iman Kepada Qada Dan Qadar

Salah satu bentuk penghayatan terhadap fungsi iman kepada qada dan qadar adalah seseorang tidak akan melepaskan tanggung jawabnya sebagai manusia. Segala sesuatu yang terjadi sebagai ketentuan qada dan qadar akan diterima dengan ridho dan pasrah.

Jika kita memperhatikan setiap yang menimpa diri kita dari segala macam penderitaan pada hakikatnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 tingkatan sebagai berikut.

1.        Musibah yang sebenarnya masih dalam jangkauan kemampuan untuk menghindarinya. Contoh: seseorang yang rumahnya dimasuki pencuri karena kelalaiannya tidak mengunci pintu-pintu rumahnya.
2.        Musibah yang diluar jangkauan kemampuan manusia untuk menghindarinya. Contoh: tsunami, gunung meletus, banjir, gempa bumi, dan lain-lain. Dalam menghadapi musibah seperti ini manusia dituntut untuk segera bertawakal kepada Allah. Manusia harus menyadari bahwa musibah itu sebagai peringatan atau ujian bahkan azab Allah kepada manusia.
B.     Hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar
a.         Dengan iman kepada Qadha dan Qadar maka kepercayaan terhadap kekuasaan allah makin tebal dan hati makin tabah dalam menghadapi kehidupan dan tidak mudah putus asa.
b.        Senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya. Sebab ia slalu merasa senang dengan apa yang Aallah tentukan kepadanya.
c.         Apabila mendapat keberuntungan maka ia akan bersyukur karena keberuntungan itu merupakan nikmat allah yang harus di syukuri.
d.        Orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar senatiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Karna manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi apa yang akan terjadi dalam hidupnya,semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan tidak datang begitu saja namun harus di usahakan.
Takdir ada 2 macam,yaitu:
1.        Takdir Mubran adalah Qadha dan Qadar allah yang tidak dapat di elakkan dan pasti terjadi,dan manusia tidak dapat menghindarinya,seperti contoh: Jenis kelamin laki-laki/perempuan,hari kiamat,datangnya ajal seseorang,dll
2.        Takdir Muallaq adalah Qadha dan Qadar allah yang di gantungkan pada ikhtiar seseorang atau usaha-usahanya,menurut kemampuan yang ada pada manusia. Seperti orang ingin pandai harus belajar,orang ingin kaya harus giat bekerja,dll
Bagi orang yang beriman segala kejadian yang menimpa selain disebabkan karena perbuatannya sendiri juga terjadi karena kehendak allah swt. Menurut Syeh Muhammad saleh Al Usaimin,mengemukakan bahwa takdir itu mempunyai 4 tingkatan,yaitu :
a.         Al ilmu (pengetahuan)
Seorang harus meyakini bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci.
b.        Al Kitabah (Catatan)
Allah swt mencatat semua itu di dalam sebagai ketetapan disisinya.



c.         Al Masyiah (Kehendak)
Kehendak allah itu bersifat umum,tidak ada sesuatu dilangit maupun dibumi melainkan terjadi dengan iradah atau kehendak allah swt.
d.        Al khalku (Ciptaan)
Tidak sesuatupun dilangit dan dibumi melainkan allah sebagai pencipta,memiliki,pengatur,dan penguasaannya.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 KESIMPULAN

Dengan ini, maka dapat disimpulkan Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Dan beliau mengkritik orang yang memaknai iman secara bahasa hanya sekedar pembenaran hati (tashdiq) saja tanpa ada nsure menerima dan tunduk. Kata ’iman’ adalah fi’il lazim (kata kerja yang tidak butuh objek), sedangkan tashdiq adalah fi’il muta’addi (butuh objek) (Lihat Syarh Arba’in, hal. 34)
Adapun secara istilah, dalam mendefinisikan iman manusia terbagi menjadi beragam pendapat [dikutip dari Al Minhah Al Ilahiyah, hal. 131-132 dengan sedikit perubahan redaksional] :
Pertama
Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadits serta ahlul Madinah (ulama Madinah) –semoga Allah merahmati mereka- demikian juga para pengikut madzhab Zhahiriyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf –semoga Allah merahmati mereka- menjadikan amal termasuk nsure keimanan. Oleh sebab itu iman nsu bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang (lihat Kitab Tauhid li Shaff Ats Tsaani Al ‘Aali, hal. 9).
Kedua
Banyak di antara ulama madzhab Hanafi yang mengikuti definisi sebagaimana yang disebutkan oleh Ath Thahawi rahimahullah yang mengatakan bahwa iman itu pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Ketiga
Ada pula yang mengatakan bahwa pengakuan dengan lisan adalah rukun tambahan saja dan bukan rukun asli. Inilah pendapat Abu Manshur Al Maturidi rahimahullah, dan Abu Hanifah pun diriwayatkan memiliki sebuah pendapat seperti ini.
Keempat
Sekte Al Karramiyah mengatakan bahwa iman itu hanya pengakuan dengan lisan saja! Maka dari definisi mereka ini orang-orang munafiq itu dinilai sebagai orang-orang beriman yang sempurna keimanannya, akan tetapi menurut mereka orang-orang munafiq itu berhak mendapatkan ancaman yang dijanjikan oleh Allah untuk mereka! Pendapat mereka ini sangat jelas kekeliruannya.
Kelima
Jahm bin Shafwan dan Abul Hasan Ash Shalihi –salah satu dedengkot sekte Qadariyah- berpendapat bahwa iman itu cukup dengan pengetahuan yang ada di dalam hati! [Dan inilah yang diyakini oleh kaum Jabariyah, lihat. Syarh ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 163]. Pendapat ini jauh lebih jelas kerusakannya daripada pendapat sebelumnya! Sebab kalau pendapat ini dibenarkan maka konsekuensinya Fir’aun beserta kaumnya menjadi termasuk golongan orang-orang yang beriman, karena mereka telah mengetahui kebenaran Musa dan Harun ‘alaihimash sholatu was salam dan mereka tidak mau beriman kepada keduanya. Karena itulah Musa mengatakan kepada Fir’aun,
Sungguh kamu telah mengetahui dengan jelas bahwa tidaklah menurunkan itu semua melainkan Rabb pemilik langit dan bumi.” (QS. Al Israa’ [17] : 102).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
Mereka telah menentangnya, padahal diri mereka pun meyakininya, hal itu dikarenakan sikap zalim dan perasaan sombong. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan kerusakan itu.” (QS. An Naml [27] : 14).
Bahkan iblis pun dalam pengertian Jahm ini juga termasuk kaum beriman yang sempurna imannya! Karena ia tidaklah bodoh tentang Rabbnya, bahkan dia adalah sosok yang sangat mengenal Allah (yang artinya),
Iblis berkata,’Rabbku, tundalah kematianku hingga hari mereka dibangkitkan nanti.’.” (QS. Al Hijr [15] : 36).
Dan hakekat kekufuran dalam pandangan Jahm ini adalah ketidaktahuan tentang Allah ta’ala, padahal tidak ada yang lebih bodoh tentang Rabbnya daripada dia!!
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,
Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia nsu bertambah dan nsu berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.”
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,
“Iman nsu bertambah dan nsu berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” (Perkataan dua orang imam ini nsu dilihat di Al Wajiz fii ‘Aqidati Salafish shalih, hal. 101-102)
Bahkan Imam Bukhari rahimahullah mengatakan,
“Aku telah bertemu dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, nsu bertambah dan berkurang.” (Lihat Fathul Baari, I/60)
Penjelasan Definisi Iman
‘Iman itu berupa pembenaran hati’ artinya hati menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam. ‘Pengakuan dengan lisan’ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat
asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.
 Sedangkan ‘perbuatan dengan anggota badan’ artinya amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota badan yang lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya (Lihat Kitab At Tauhid li Shaff Ats Tsaani Al ‘Aali, hal. 9)
Dan salah satu pokok penting dari aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah ialah keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang (Lihat Fathu Rabbbil Bariyah, hal. 102). Hal ini telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al Kitab maupun As Sunnah. Salah satu dalil dari Al Kitab yaitu firman Allah ta’ala (yang artinya),
Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.” (QS. Al Fath [48] : 4).
Dalil dari As Sunnah di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sosok kaum perempuan,
Tidaklah aku melihat suatu kaum yang kurang akal dan agamanya dan lebih cepat membuat hilang akal pada diri seorang lelaki yang kuat daripada kalian ini (kaum perempuan).” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Maka ayat di atas menunjukkan penetapan bahwa iman itu nsu bertambah, sedangkan di dalam hadits tersebut terdapat penetapan tentang berkurangnya agama. Sehingga masing-masing dalil ini menunjukkan adanya pertambahan iman. Dan secara otomatis hal itu juga mengandung penetapan nsu berkurangnya iman, begitu pula sebaliknya. Sebab pertambahan dan pengurangan adalah dua hal yang tidak nsu dipisah-pisahkan. Tidak masuk akal keberadaan salah satunya tanpa diiringi oleh yang lainnya.
Dengan demikian dalam pandangan ahlus sunnah definisi iman memiliki 5 karakter : keyakinan, ucapan, amal, nsu bertambah, dan nsu berkurang. Atau nsu diringkas menjadi 3 : keyakinan, ucapan, dan amal. Karena amal bagian dari iman, secara otomatis iman nsu bertambah dan berkurang. Atau nsu diringkas lebih sedikit lagi menjadi 2 : ucapan dan amal, sebab keyakinan sudah termasuk dalam amal yaitu amal hati. Wallahu a’lam.
Penyimpangan Dalam Mendefinisikan Iman
Keyakinan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang adalah aqidah yang sudah paten, tidak nsu diutak-atik atau ditawar-tawar lagi. Meskipun demikian, ada juga orang-orang yang menyimpang dari pemahaman yang lurus ini. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa orang-orang yang menyimpang tersebut terbagi menjadi dua kelompok yaitu : Murji’ah dan Wai’diyah.
Murji’ah tulen mengatakan bahwa iman itu cukup dengan pengakuan di dalam hati, dan pengakuan hati itu menurut mereka tidak bertingkat-tingkat. Sehingga menurut mereka orang yang gemar bermaksiat (fasik) dengan orang yang salih dan taat sama saja dalam hal iman. Menurut orang-orang Murji’ah amal bukanlah bagian dari iman. Sehingga cukuplah iman itu dengan modal pengakuan hati dan ucapan lisan saja. Konsekuensi pendapat mereka adalah pelaku dosa besar termasuk orang yang imannya sempurna. Meskipun dia melakukan kemaksiatan apapun dan meninggalkan ketaatan apapun. Madzhab mereka ini merupakan kebalikan dari madzhab Khawarij. (lihat Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 161-163, Syarh ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 162).
Wa’idiyah yaitu kaum Mu’tazilah [Mereka adalah para pengikut Washil bin ‘Atha’ yang beri’tizal (menyempal) dari majelis pengajian Hasan Al Bashri. Dia menyatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar itu di dunia dihukumi sebagai orang yang berada di antara dua posisi (manzilah baina manzilatain), tidak kafir tapi juga tidak beriman. Akan tetapi menurutnya di akherat mereka akhirnya juga akan kekal di dalam Neraka, lihat Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 161-163] dan Khawarij mengatakan bahwa pelaku dosa besar telah keluar dari lingkaran iman. Mereka mengatakan bahwa iman itu kalau ada maka ada seluruhnya dan kalau hilang maka hilang seluruhnya. Mereka menolak keyakinan bahwa iman itu bertingkat-tingkat. Orang-orang Mu’tazilah dan Khawarij berpendapat bahwa iman itu adalah : pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan, akan tetapi iman tidak bertambah dan tidak berkurang (lihat Thariqul wushul ila idhahi Tsalatsati Ushul, hal. 169). Sehingga orang Mu’tazilah menganggap semua amal adalah syarat sah iman (lihat catatan kaki Al Minhah Al Ilahiyah, hal. 133). Dengan kata lain, menurut mereka pelaku dosa besar keluar dari Islam dan kekal di neraka (lihat Syarh ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 163).
Kedua kelompok ini sudah jelas terbukti kekeliruannya baik dengan dalil wahyu maupun dalil akal. Adapun wahyu, maka dalil-dalil yang menunjukkan bertambah dan berkurangnya iman sudah disebutkan… (Lebih lengkap lihat Fathu Rabbil Bariyah, hal. 103-104).
Iman Kepada Malaikat
Salah satu makhluk Allah swt. Yang diciptakan di nsurei adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia.
Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah.
Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya:
“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1)
Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda,
“Iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.”
Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan nsure kedua keimanan dalam Islam. Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik.
Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya.












DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Dwi. 2010. Pendidikan Agama Islam. Surakarta: CV. Mediatama
Majid, Al-Zandaniy, Abdul, dkk. 1991. Al Iman. Jakarta: Pustaka Al Kautsar
Umary, Barmawie, Drs. 1991. Materi Akhlak. Solo: Ramdhani
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1993. Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve
Fachrudian, HS, H. 1992. Ensiklopedia Al Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta
Bahreisy, Salim. 1985. Riadlus Shalihin (terjemahan). Bandung.
Sabiq, Sayid. 1980. Aqidah Islam. Bandung: Diponegoro.

No comments:

Post a Comment